Melihat tayangan komedi di global tv (abdel-temon bukan superstar) tanggal 9 kalau tidak salah yang memerankan adegan penangkapan preman asal tangkap “tabata” alias tangkap dulu baru ditanya. Seperti kekonyolan si pemeran utama abdel dan temon yang lari terbirit birit sampai ngos-ngosan juga sang security alias satpam kompleks yang lagi tiduran, berhubung tidak memakai seragam, tiduran di pinggir jalan, tanpa ditanya identitas terlebih dulu langsung ditangkap gitu saja soleh petugas. Memang sepintas terkesan lucu, konyol, plonga-plongo kebingungan yang nikmat untuk ditertawakan. Secara kritik social, adegan tersebut menggambarkan betapa penangkapan terkesan dipaksakan dan sifatnya memukul rata. Asal penampilan sekenanya dianggaplah preman.
Tayangan itu mengingatkan saya beberapa waktu yang lalu sewaktu digencarkannya aksi anti premanisme. Hampir setiap hari di acara berita criminal dan berita umum di semua stasiun televise ditayangkan beberapa puluh orang yang dianggap preman jalan kelas teri ditangkap bahkan ada yang sampai telanjang dada digiring ke markas polisi untuk dimintai keterangan, dan……selanjutnya ada yang dilepaskan. Karena penampilan juga belum tentu menggambarkan realitas sang pelaku. Trus bagaimana nasib para “preman” yang dilepaskan itu. ? Kira-kira ada nggak ya perasaan malu di benak mereka dengan cap “preman” di mata masyrakat awam yang tidak tau menahu masalah sebenarnya. Paling enggak nama baik mereka dimata masyarakat yang keburu melihat mereka ditangkap di depan pesawat televisi atau melihat langsung.
Sepertinya mudah sekali menangkap preman jalanan….trus bagaimana preman berdasi sang koruptor yang masih sempat senyum-senyum didepan kamera yang dipegang wartawan….? Saya belum pernah melihat mereka ditangkap sambil ditelanjangi dadanya.. padahal sama-sama makan nasi,kan…? Hehhe…. Ah…ini khan Cuma uneg-uneg aja….